Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dari genus Mycobacterium. Selain menyerang berbagai jenis hewan, tuberkulosis sapi juga menular kepada manusia. Agen penyebab tuberkulosis pada manusia, sapi dan unggas, semula dikenal berturut-turut dengan nama Mycobacterium tuberkulosis (human type), M. tuberkulosis (bovine type) dan M. tuberkulosis (avian type). Dari khasanah mikobacteria sering disebut-sebut istilah MOTT, adalah singkatan dari Mycobacteria other than tuberkulosis, merupakan semua bakteri yang termasuk dalam mikobacteria, kecuali M.tuberculosis.
Terdapat 2 cara penularan tuberkulosis sapi yang paling umum dijumpai yaitu melalui saluran pernafasan (per inhalasi), dengan terisapnya M. bovis yang dikeluarkan bersama udara ketika penderita bernafas, yang kemudian mencemari udara dalam kandang (droplet infection) oleh hewan sehat yang berada di dekatnya. Penularan melalui saluran pencernaan makanan (per ingesti), dengan termakannya M. bovis yang terdapat pada pakan atau air minum tercemar oleh hewan sehat yang ada di sekitar hewan tertular.
Pada sapi, kuda, domba dan kambing, penyakit dapat bersifat akut dan progresif, menyerang banyak organ tubuh. Sapi sakit terlihat kondisi badan menurun. Bila paru-paru terkena, maka terjadi bronkopneumoni yang ditandai dengan terdengarnya batuk serta kesulitan bernapas (dyspnoea) akibat pembesaran kelenjar limfe bronkial yang menekan jalan pernapasan. Bila penyakit berlanjut, maka terlihat membesarnya kelenjar limfe (beberapa kali lipat dari ukuran kelenjar normal) yang ada pada daerah kepala dan leher.
Pada hewan penderita masih hidup, maka diagnosanya didasarkan pada gejala klinis penyakit yang terlihat dan terutama dititik beratkan pada terdapatnya reaksi hipersensitivitas tipe tertunda (delayed hypersensitivity reactions) dari hewan tersangka, yang dilakukan dengan penerapan uji tuberkulin per individu hewan. Bagi hewan tersangka tuberkulosis sapi yang sudah mati, maka diagnosanya didasarkan pada hasil pemeriksaan pasca mati terhadap bangkainya, yang dilengkapi dengan hasil pemeriksaan di laboratorium, antara lain pemeriksaan histopatologi dan bakteriololgi. Berbagai cara pemeriksaan lain yang dikembangkan pada tahun akhir ini, seperti teknik reaksi polimerase berantai (PCR), ELISA, uji proliferasi limfosit (lymphocyte proliferation assay) dan uji gamma interferon (Gamma interferon assay, IFN-y).
Sumber: iSIKHNAS